Masa
remaja adalah masa yang bisa dibilang labil sehingga stress dan depresi masih
sering terjadi. Stress atau depresi di kalangan remaja jaman sekarang lebih
dikenal dengan sebutan galau. Akhir-akhir ini saya banyak mendapati teman saya
yang hatinya sedang gundah gulana, sedih gak bersemangat. Entah itu galau
karena masalah sekolah, cowok, keluarga,cewek, sahabat, atau yg lain. Sekarang
galau menjadi terkenal di kalangan masyarakat terutama remaja. Hal tersebut
mendorong saya untuk menulis artikel ini. Sebenarnya apa galau
itu? Apa penyebabnya? Baik atau tidak untuk kita? Di sini saya akan
membahasnya.
Galau memiliki
banyak definisi, galau itu adalah suatu keadaan dimana kita sedang memikirkan
suatu masalah secara berlebihan, bingung apa yang harus kita lakukan dengan
masalah itu, hingga menimbulkan efek emosi yang labil, pikiran pusing, bahkan
mendadak insomnia. Bisa juga diartikan sebagai suatu keadaan
batin yang diliputi kekhawatiran akibat perasaan seperti takut, tidak aman,
ledakan perasaan yang berlebihan, cemas dan berbagai tekanan lainnya, yang
merusak keseimbangan tubuh.
Sebenarnya
perasaan galau muncul disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya:
1. Social media
Sosial media
memiliki pengaruh penting yang menyebabkan seseorang menjadi Galau, entah itu
karena facebook, twitter, atau social media lainnya. Misalnya kamu lagi punya
masalah kecil dan gak kamu pikirin, ketika itu kamu melihat status teman-teman
kamu di fb atau twitter yang lagi Galau, padahal masalah mereka tuh gak
seberapa dibanding masalah yang sedang kamu hadapi, otomatis kamu merasa bahwa
masalah kamu sangat lah besar, hingga kamu semakin memikirkan masalah itu,
sampai kamu menjadi galau. Pada jejaring sosial seperti biasa, tingkat
kegalauan anak muda Indonesia sedang meningkat di malam hari terutama malam
minggu. Bagi saya, hal ini sebenarnya menyatakan satu hal, bahwa pikiran dan
emosi kaum muda kita terkuras oleh hal-hal yang tidak begitu penting.
2. Kurang teman
Kamu yang
lagi punya banyak masalah, tapi bingung mau cerita atau curhat ke siapa, karena
kamu kurang memiliki banyak teman atau gak punya teman dekat yang bisa diajak
curhat. Dari sini lah perasaan Galau itu mulai muncul karena masalah yang sedang
kita hadapi cuman bisa kita pendam dalam hati. Apalagi bila hal itu berlangsung
terlampau lama, perasaan Galau itu bisa berubah menjadi musibah, yaitu
menyebabkaan kita sakit.
3. Jarang Ibadah
Kita hidup
didunia ini pastinya meyakini adanya Tuhan. Semua kehidupan di dunia ini sudah
diatur sama yang Diatas, termasuk masalah yang sedang kita hadapi. Karena nya
ketika kita lagi punya masalah, baik nya jangan cuma bisa mengeluh, mengeluh
dan mengeluh pada orang lain, tapi laporkan masalah kita itu kepada Tuhan.
Beribadah dan berdoa memohon petunjuk Nya dan meminta supaya masalah kita itu
segera berakhir dan ada jalan keluar yang terbaik bagi kita dan orang lain.
Bila kita jarang ibadah dan sering melukan Dia, maka perasaan Galau itu akan
semakin nyata.
4. Tayangan media
Hampir tiap
hari kita disuguhkan dengan tayangan-tayangan di televisi yang berisi tentang
masalah-masalah kehidupan manusia, entah itu nyata (berita) atau cuman rekayasa
(sinetron). Ambil contoh saja sinetron, yang sering bercerita tentang masalah
cinta, rebutan harta, atau seorang anak yang tertukar. Sehingga karena kita
terlalu sering melihat tayangan-tayangan seperti itu, pada akhirnya mental kita
ikut terbawa seperti sinetron yang cengeng, mudah emosi, atau mudah
berperasangka buruk sama orang lain. Efek dari itu semua yang menyebabkan
mental kita menjadi lemah ketika suatu masalah menimpa kita, mudah menyerah,
dan gampang emosi. Pada akhirnya perasaan Galau itu akan menghinggapi
kita.
Sebenarnya
masih banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan kita menjadi Galau, tapi
intinya kita jangan terlalu memikirkan terlalu berlebihan tentang masalah yang
sedang kita hadapi, karena itu akan menambah parah rasa Galau itu.
Sebenarnya
galau berdampak negatif bagi kesehatan kita, terutama hal tersebut dapat
menyebabkan serangan jantung. Alasannya adalah bahwa rangsangan
berlebihan pada sistem saraf simpatik, yang dimulai oleh hipotalamus, juga
mengakibatkan pengeluaran insulin yang berlebihan, sehingga menyebabkan
penimbunan kadar insulin dalam darah. Ini adalah permasalahan yang teramat
penting. Sebab, tak satu pun keadaan yang berujung pada penyakit jantung
koroner memainkan peran yang sedemikian paling penting dan sedemikian berbahaya
sebagaimana kelebihan insulin dalam darah. Para ilmuwan telah mengetahui bahwa
semakin parah tingkat kecemasan (galau), maka akan semakin lemahlah peran
positif sel-sel darah merah di dalam darah. Menurut sebuah penelitian yang
dikembangkan oleh Linda Naylor, pimpinan perusahaan alih teknologi Universitas
Oxford, pengaruh negatif berbagai tingkatan stres pada sistem kekebalan tubuh
kini dapat diukur. Singkatnya, galau merusak keseimbangan alamiah dalam diri
manusia. Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus-menerus akan
merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh.
Selain
berdampak negatif kepada diri sendiri, perasaan galau juga bisa berdampak buruk
kepada orang-orang sekitar. Oleh karena itu, kita harus mengatasi rasa galau
diantaranya dengan:
1. Jangan
pernah menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi.
2. Memainkan
games favorit Anda.
3. Pahami
bahwa setiap ujian yang terjadi adalah bentuk ujian yang diberikan Tuhan untuk
menaikkan derajat atau level Anda.
4. Saat
menghadapi suatu maslah, jangan pernah menghindarinya melainkan menghadapinya
dengan tabah.
5. Temui
dan ajak teman-teman, sahabat atau orang lain yang dapat di percaya untuk
curhat.
6. Mencari
kesibukan yang bersifat positif.
7. Menghindari
menonton sinetron dan mendengarkan lagu-lagu sedih.
8. Mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam
kenyataannya galau bahaya untuk kita. Ingat tidak dengan hukum kekekalan
energi? Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Artinya, jika kita
menggunakan pikiran dan tenaga untuk sesuatu yang tidak penting (galau), maka
kita akan kekurangan pikiran dan tenaga untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi
bangsa, bahkan untuk diri kita sendiri. Lagi pula waktu kita tidak banyak,
rata-rata hanya sekitar enam puluhan tahun untuk kita dapat memberikan sesuatu
yang terbaik untuk keluarga, agama, dan Indonesia. Selagi masih muda, jangan
buang-buang waktu dan energi. Kita memang masih muda, tapi suatu
saat kita akan dewasa dan akan menjadi orang tua bagi anak-anak kita. Apakah
kalian mau anak kalian ikut merasakan kesedihan akibat dampak dari galau-galau
yang menumpuk sejak muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar